Tumpeng adalah hidangan nasi berbentuk kerucut Indonesia
dengan lauk sayuran dan daging yang berasal dari masakan Jawa Indonesia. Secara
tradisional ditampilkan dalam upacara slamatan, beras dibuat dengan menggunakan
wadah anyaman bambu berbentuk kerucut. Nasi itu sendiri bisa berupa nasi putih,
nasi uduk (dimasak dengan santan), atau nasi kuning (nasi uduk diwarnai dengan
kunyit (kunyit).[1]
Kerucut beras didirikan di tampah (wadah anyaman bambu
bundar), ditutupi dengan daun pisang, dan dikelilingi oleh aneka masakan
Indonesia. Pada tahun 2013, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Indonesia mempromosikan tumpeng sebagai salah satu dari 30 ikon kuliner
Indonesia [2] dan memberinya status hidangan nasional resmi Indonesia pada
tahun 2014, menggambarkannya sebagai "hidangan yang mengikat keragaman
berbagai masakan Indonesia tradisi kuliner. "[3]
Sejarah dan tradisi
Orang-orang di Jawa, Bali dan Madura biasanya membuat
tumpeng untuk merayakan acara-acara penting. Namun, semua orang Indonesia akrab
dengan tumpeng. Filosofi tumpeng terkait dengan kondisi geografis Indonesia,
khususnya Jawa sebagai pulau subur dengan banyak gunung dan gunung berapi.
Tumpeng berasal dari tradisi Indonesia kuno yang memuja gunung sebagai tempat
tinggal hyang, roh leluhur dan dewa. Beras berbentuk kerucut dimaksudkan untuk
meniru gunung suci. Pesta itu dijadikan sebagai ucapan syukur atas berlimpahnya
panen atau berkat lainnya.
Tumpeng adalah simbol rasa terima kasih, [1] dalam upacara
syukur (syukuran atau slametan), setelah orang-orang berdoa, bagian atas
tumpeng dipotong dan dikirim ke orang yang paling penting. Dia mungkin pemimpin
kelompok, orang tertua, atau orang yang dicintai. Kemudian, semua orang dalam
upacara menikmati tumpeng bersama. Dengan tumpeng, orang mengekspresikan rasa
terima kasih kepada Tuhan dan menghargai kebersamaan dan keharmonisan. Upacara
tahunan yang melibatkan tumpeng biasanya disebut 'tumpengan'.
Tumpeng dan gunungan adalah bagian penting dalam sekaten
festival Jawa, sejumlah besar tumpeng dimasukkan dalam parade tradisional besar
dari istana ke masjid agung. Mereka berdoa di masjid agung, dan kemudian
dibagikan kepada orang-orang sebagai bagian dari perayaan merayakan kelahiran
Nabi Muhammad.
Di zaman modern, puncak tumpeng diberikan kepada tamu
terhormat dalam acara sosial, upacara atau penghargaan. Di banyak kota di
Indonesia, seperti Yogyakarta, sebuah tradisi telah dikembangkan - upacara
tumpengan menjelang 17 Agustus - yang merupakan hari kemerdekaan Indonesia.
Acara ini dimaksudkan untuk berdoa demi keselamatan dan kesejahteraan bangsa. Piring
sekitarnya
Nasi berbentuk kerucut dikelilingi oleh aneka masakan
Indonesia, seperti sayuran urap, ayam goreng, ayam bakar, empal gepuk (sapi
goreng pedas dan pedas), abon sapi (benang sapi), semur (sapi) sup dengan kecap
manis), teri kacang (teri dengan kacang), udang goreng, telur pindang, telur
dadar, tempe orek (tempe orek goreng kering), perkedel kentang (kentang
tumbuk), perkedel jagung ( potongan jagung), sambal goreng ati (hati dengan
saus cabai), dan banyak hal lainnya. [4]
Secara tradisional harus ada keseimbangan antara sayuran,
telur, daging, dan makanan laut. Komposisi tumpeng Jawa tradisional lebih
kompleks karena unsur-unsurnya harus saling menyeimbangkan menurut kepercayaan
orang Jawa. Tumpeng tradisional Jawa biasanya melibatkan sayuran urap, tempe,
ayam goreng, teri kacang, udang goreng, telur pindang, empal gepuk dan sambal.
Setelah adopsi tumpeng sebagai hidangan nasional, tumpeng diharapkan menjadi
hidangan yang mengikat tradisi masakan Indonesia. Lauknya mungkin masakan
Indonesia populer, seperti gado-gado, sate, dan rendang. Saat ini hidangan yang
menemani tumpeng bisa menjadi kebijaksanaan tuan rumah.
Makna filosofis
Ada makna filosofis pada setiap bagian dari tumpeng
tradisional. Menurut cerita rakyat di Jawa dan Bali, tumpeng berbentuk kerucut
adalah simbol mistik kehidupan dan ekosistem. Itu juga melambangkan kemuliaan
Tuhan sebagai Pencipta alam, dan lauk pauk dan sayuran mewakili kehidupan dan
keharmonisan alam. Hidangan tumpeng otentik dan lengkap harus mengandung
setidaknya satu daging untuk mewakili hewan darat, ikan untuk mewakili makhluk
laut, telur untuk mewakili binatang bersayap, dan sayuran yang mewakili stok
makanan yang disediakan oleh kerajaan tumbuhan. Biasanya tumpeng disajikan
dengan bayam karena bayam adalah simbol tradisional kemakmuran di masyarakat
pertanian Jawa. [5]
Berikut adalah makna filosofis di balik beberapa bahan dalam
tumpeng:
Telur: Telur disajikan dengan cangkang masih menyala.
Mengupas telur sebelum memakannya melambangkan semua yang harus direncanakan
dan dilakukan seseorang sebelum menjadi orang baik.
Sayuran: Bungkusan sayuran mewakili hubungan yang baik
dengan teman dan tetangga. Bayam melambangkan kehidupan yang aman dan damai;
bayam air mewakili seseorang yang bisa hidup melalui kesulitan; kacang panjang
mewakili umur panjang; dan kecambah kacang hijau mewakili warisan nenek moyang.
Lele: Lele mewakili pentingnya mempersiapkan masalah di masa
depan. Ini juga menunjukkan rendah hati, karena ikan lele hidup di dasar kolam.
Bandeng: Banyak tulang bandeng mewakili keberuntungan dan
kemakmuran di masa depan.
Ikan teri: Karena mereka hidup bersama, ikan teri mewakili
hubungan yang baik dengan keluarga dan tetangga.
Variasi
Beberapa nasi kuning tumpeng disajikan saat pesta.
Ada beberapa varian tumpeng, dibedakan menurut upacara. [1]
Tumpeng Robyong - tumpeng jenis ini biasanya disajikan dalam
upacara siraman tradisional Jawa. Tumpeng ditempatkan di wadah nasi bambu
bakul; telur, terasi, bawang merah dan cabai merah diletakkan di atasnya.
Tumpeng Nujuh Bulan - tumpeng jenis ini disajikan pada bulan
ketujuh kehamilan (upacara prenatal). Tumpeng terbuat dari nasi putih biasa.
Sebuah tumpeng utama dikelilingi oleh enam tumpeng yang lebih kecil; semua
tumpeng didirikan di tampah yang ditutupi dengan daun pisang.
Tumpeng Pungkur - Digunakan dalam upacara kematian seorang
perawan atau pria atau wanita yang belum menikah. Itu terbuat dari nasi putih
yang dikelilingi hanya dengan hidangan sayuran. Tumpeng nanti harus dipotong
vertikal menjadi dua bagian secara merata dan diletakkan satu terhadap yang
lain.
Tumpeng Putih - tumpeng putih, menggunakan nasi putih karena
putih melambangkan kesucian dalam budaya Jawa. Jenis tumpeng ini digunakan
dalam upacara sakral.
Tumpeng Nasi Kuning - Yellow tumpeng: Warna kuning mewakili
emas, kekayaan, kelimpahan, dan moral yang tinggi. Tumpeng jenis ini digunakan
dalam perayaan dan perayaan yang ceria dan bahagia, seperti perayaan kelahiran,
pertunangan, pernikahan, Idul Fitri, Natal, dll.
Tumpeng Nasi Uduk (juga disebut tumpeng tasyakuran) - Beras
uduk (beras yang dimasak dalam santan) dipekerjakan dalam upacara Maulud Nabi:
merayakan ulang tahun Nabi Muhammad.
Tumpeng Seremonial / Modifikasi - tumpeng kontemporer ini
relatif lebih terbuka untuk modifikasi dan adaptasi. Itu tergantung pada
kebijaksanaan, selera, dan permintaan tuan rumah.
Tradisi kontemporer
Saat ini, sebagian besar orang Indonesia melayani tumpeng
sebagai hidangan untuk merayakan acara khusus, seperti pesta ulang tahun,
arisan, pertemuan keluarga atau lingkungan, pesta perpisahan, perayaan,
resital, dan banyak acara gembira lainnya. [6] Karena nilai kemeriahan dan
perayaannya, sampai sekarang tumpeng kadang-kadang dianggap sebagai kue ulang
tahun orang Indonesia. [7] Kontes Tumpeng terkadang diadakan untuk memperingati
hari kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus atau 2007
No comments:
Post a Comment