Tuesday, September 10, 2019

Sejarah Kue Apem

Related image

Bulat, padat, dan manis. Siapa tak mengenal jajanan kue Apem yang sering sekali kita temui di pasar-pasar tradisional? Siapa sangka kue apem menyimpan latar belakang sejarah dan tradisi yang sangat menarik loh foodies!
Yuk, kita simak apasih makna dibalik pembuatan kue apem.
Apem adalah jajanan berupa kue yang bentuknya mirip dengan kue serabi, namun lebih tebal dan memiliki tekstur yang empuk. Bahan baku pembuatan apem antara lain  tepung beras, tapioka, kelapa parut, tape serta bibit roti.
Istilah “Apem” berasal dari Bahasa Arab, afuan/ afuwwun, yang berarti ampunan. Konon tersebarnya Apem di daerah Surakarta, Boyolali, Klaten dan sekitarnya dimulai pada masa masuknya Ki Ageng Gribig atau Wasibagno Timur. Zaman dahulu pada perjalanan syiar di daerah Bengawan Solo, Ki Ageng Gribig memberikan amanah kepada masyarakat untuk berbagi makanan sebagai simbol syukur dan permohonan ampun supaya diberi keselamatan oleh Tuhan.
Versi lain dari tersebarnya kue apem ini diyakini oleh masyarakat Boyolali. Tradisi sebar apem di kawasan Pengging, Boyolali ini berawal di zaman pujangga keraton Yosodipuro I. Pada saat itu, masyarakat mengeluhkan adanya serangan hama keong mas dan tikus yang mengakibatkan gagal panen. Kemudian, Yosodipuro I meminta petani untuk memasak hama keong mas dengan cara dikukus dan dibungkus dengan janur. Sejak saat itu, hama keong mas menghilang dan petani kembali bisa menikmati panen. Sumiyati seorang warga di Boyolali meyakini bahwa apem yang disebar tersebut akan membawa berkah baginya. Selain untuk pertanian agar tidak diserang hama dan tidak terjadi kegagalan panen, serta menghasilkan hasil panen yang bagus, tradisi ini juga digunakan sebagai pelaris dagangan.
Saat ini, tradisi makan kue apem masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa. Salah satunya warga Boyolali dan Klaten. Ritual adat masyarakat dalam melestarikan kue apem adalah dengan cara berebut apem. Bagi masyarakat daerah tersebut, apem merupakan simbol dalam mencari berkah. Setiap buahnya dianggap sangat bernilai hingga layak untuk diperebutkan ribuan warga dalam ritual sebar apem ini.
Lain halnya pada masyarakat Jawa Timur. Di Kota Surabaya, apem dibagikan kepada kaum Muslim yang dibagikan sehari sebelum bulan puasa, yang dikenal sebagai tradisi Megengan. Tradisi tersebut melambangkan bahwa kue apem merupakan simbol permintaan maaf serta simbol kepedulian dengan sesama.
Terlepas dari banyaknya sejarah dan asal usul apem di Jawa Tengah, satu momen yang menyeragami Kue Apem di masyarakat Jawa ialah, Kue Apem memiliki makna kebersamaan yang kuat. Kue Apem biasanya di buat pada saat bulan Sapar, dimana biasanya masyarakat Jawa bersilaturahmi satu sama lain kerumah kerabat atau tetangga desa. Oleh sebab itu, kue apem juga disebut dapat mempererat tali silaturahmi antar masyarakat.

No comments:

Post a Comment

Ongseng menjes

Bahan-bahan 1 papan  menjes 10 biji  petai, iris tipis 4 siung  bawang putih, cincang 5 siung  bawang merah...